Program-program BRICS disosialisasikan melalui forum diskusi yang diselenggarakan oleh Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada Kamis (7/8) di Jakarta. Mengangkat tema “BRICS and BRICS Civil: Opportunities for Concrete Collaboration in Development across the Global South”, forum ini diikuti oleh Salimah dan beberapa organisasi anggota KOWANI serta para akademisi perempuan.
Ketua KOWANI, Nannie Hadi Tjahjanto, mengatakan bahwa KOWANI merupakan center of excellence untuk perempuan dan bagian dari rumah BRICS. Karena itu, pihaknya siap berkolaborasi di berbagai bidang yang relevan.
“Ada 129 ketua organisasi yang siap mendampingi kegiatan BRICS di Indonesia. KOWANI bersedia berkolaborasi dengan anggota BRICS untuk mendorong tampilnya produk-produk ekonomi nasional. Indonesia harus meningkatkan kapasitas dalam diskusi bersama negara anggota lain yang melibatkan dunia pendidikan, bisnis, pemerintahan, dan media,” ujarnya.
Forum dialog ini menghadirkan Dr. Victoria Panova (Kepala Dewan Pakar BRICS dari Federasi Rusia), sebagai tamu kehormatan sekaligus pembicara utama. Dalam diskusi bertema “BRICS and BRICS Civil Council, Opportunities for Concrete Collaboration”, Victoria menjelaskan berbagai aspek yang dapat dimanfaatkan untuk kerjasama antar negara anggota.
Di bidang keuangan, perbankan, dan mata uang, BRICS memperkenalkan mata uang global, pendirian platform investasi bersama, dan penyelarasan metodologi investasi. Selain itu juga dilakukan berbagai terobosan kerjasama di bidang perdagangan, pembangunan berkelanjutan, pendidikan, dan pariwisata.
Menurut Victoria, BRICS sedang menjalankan program beasiswa S2 dan S3 di bidang energi, ekologi, ekonomi, ilmu eksakta, dan lain-lain. Ada pula program sekolah untuk generasi muda usia 18 hingga 25 tahun di Moskow, serta short course selama tiga hari.
“Akhir Oktober hingga awal November tahun ini BRICS memulai sekolah-sekolah di negara anggota. Di indonesia sendiri akan dimulai tahun depan,” kata Victoria. Ia juga berharap keterlibatan para ilmuwan Indonesia dalam riset tahun ini.
Ketua Umum Salimah, Reni Anggrayni, dalam sesi tanya jawab mengajukan pertanyaan terkait program BRICS bagi ketahanan keluarga. Organisasi Salimah yang berada di lebih dari 4.000 daerah di Indonesia ingin memainkan peran lebih luas dalam penyusunan kebijakan pembangunan, khususnya yang berhubungan dengan perempuan, anak, dan keluarga.
Pertemuan ini akan dilanjutkan dengan diskusi lebih dalam dengan saling berbagi praktek terbaik untuk memperoleh metode yang paling tepat digunakan di masing-masing negara anggota.