Ketua Umum Salimah
Di antara gegap gempita milad Sang Merah Putih, kita bersyukur atas tegaknya negeri tercinta. Sejenak mari mengenang dan merenungkan perjalanan panjang menuju hadirnya kemerdekaan yang kini dapat kita nikmati.
Kemerdekaan adalah buah perjuangan tanpa lelah dan tanpa pamrih para pendahulu, para pejuang kemerdekaan. Bangsa pejuang, yang ketangguhannya tak perlu diragukan. Takkan hadir republik ini tanpa peluh dan darah mereka, sejak kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara hingga masa perjuangan merebut kemerdekaan.
Inilah sejarah, inilah bukti otentik, bahwa di dalam diri kita mengalir darah para pejuang—jiwa-jiwa pembela kebenaran dan penegak keadilan.
Di antara dentuman meriam tanda selebrasi detik-detik proklamasi, ingatkah kita, di belahan bumi lain suara dentuman meriam dan deru pesawat tempur bukanlah selebrasi,
melainkan bak gemuruh malaikat maut yang siap merenggut nyawa siapa pun yang dijumpainya?
Ada air mata, kepedihan, dan luka berbalut kelaparan akut di bumi anbiya… Bangsa yang tanah airnya porak-poranda, dibumihanguskan oleh kebengisan dan kebiadaban zionis Israel.
Bangsa yang justru mengakui kedaulatan Republik ini, sehingga Sang Merah Putih dapat tegak berkibar. Bangsa yang dengan penuh cinta, dari dana ulama dan rakyatnya, rela memberikan dukungan demi persiapan kemerdekaan negeri tercinta.
Akankah kita melupakan jejak sejarah ini?
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi jiwa Pancasila — ada keadilan, ada kemanusiaan, yang dibuka dengan Ketuhanan. Bangsa yang pada alinea pertama Pembukaan UUD 1945 menegaskan:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Tentunya, momentum perayaan Hari Kemerdekaan ke-80 ini takkan pernah melupakan satu bab pun dari episode perjuangan menuju berkibarnya Sang Merah Putih di Bumi Pertiwi, termasuk episode dukungan kepada kemerdekaan bangsa Palestina.