Tulungagung (3/9) – Kehidupan keuangan keluarga seperti sebuah perjalanan dari satu kota ke kota lain. Perencanaan pengelolaan keuangan menjadi peta menuju ke kota tujuan. Tanpa perencanaan dan pengelolaan, keluarga bisa tersesat dan bingung dengan masalah keuangan.
Demikian disampaikan Lantip Susilowati selaku narasumber materi Manajemen Keuangan Keluarga pada Sekolah Pranikah Salimah (Serasi) yang diadakan oleh Salimah Tulungagung di Masjid Ni’matur Rubiyah, Kepatihan Tulungagung pada Ahad (3/9/2023).
Menurut Lantip, ada 5 langkah dalam mengelola keuangan keluarga.
Langkah pertama yaitu menetapkan tujuan. “Diskusikan dengan pasangan dan anak-anak terkait tujuan rencana pengelolaan keuangan ke depan. Rembukkan seluruh keinginan anggota keluarga. Bayangkan masa depan dan catat,” kata Lantip.
Langkah selanjutnya adalah membuat anggaran. “Yaitu dengan menghitung nilai semua aset yang dimiliki dan kemudian dikurangi dengan seluruh utang,” lanjut perempuan yang menjadi dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Berikutnya adalah menetapkan prioritas. Setiap orang mempunyai prioritas berbeda, sehingga targetnya pun berbeda. Setelah biaya konsumsi bulanan dan biaya sekolah anak, ada yang memprioritas zakat infaq sedekah terlebih dahulu baru tabungan dan investasi.
Lantip mewanti-wanti agar membayar utang dan pajak tidak boleh lebih dari 30% penghasilan dan biaya konsumsi sekitar 40% penghasilan agar kondisi keuangan keluarga tidak goyah karena kebanyakan cicilan.
Menganalisa resiko adalah langkah keempat. Lantip menjelaskan perlunya dana darurat untuk berjaga-jaga jika terjadi kejadian genting semisal sakit, kecelakaan, PHK dan risiko lain yang mungkin terjadi.
“Dana darurat adalah uang yang dapat digunakan dalam berbagai kondisi tak terduga. Artinya, dana ini hanya akan digunakan saat menghadapi hal-hal genting yang tidak bisa diatasi dengan keuangan secara normal atau yang telah memiliki anggaran tetap,” katanya.
Langkah terakhir adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan agar kita mengetahui di mana adanya kebocoran anggaran yang telah kita rencanakan sehingga untuk perencanaan berikutnya bisa lebih waspada agar tidak terulang.
Menutup paparannya, Lantip berpesan untuk meyakini bahwa pertanggungjawaban harta kepada Allah itu dua arah. Yaitu mendapatkannya dari mana dan dibelanjakan untuk apa.
“Semoga dengan mengelola keuangan keluarga secara efektif kita bisa mewujudkan taqwa finance yang mendukung kita semua masuk surga,” harapnya. (dyta/fat)