Saat berboncengan, kami mengobrol sepanjang jalan. Sebelum sampai di rumah beliau, ada satu pesan yang membuat jantung saya rasanya melonjak mendadak karena kaget.
Beliau berucap, “Nanti main ke rumah ya kalau saya meninggal.”
Ya Rabb, saya langsung bertakbir, “Allahu akbar ibu… semoga sehat terus!”
Coba bayangkan bagaimana perasaan teman-teman kalau kita diundang di acara wafatnya beliau. Ini undangan yang tak lazim. Sungguh, saya sempat takut memikirkan apakah ini sebuah tanda. Jujur saja, baru kali ini saya dapat undangan silaturahim di hari wafatnya seseorang. Padahal yang mengundang juga masih hidup. Allahu akbar.
Singkat cerita, ternyata beliau seorang janda dan sekarang terkena kanker payudara. Jika pergi ke mana-mana seperti ke kegiatan Sekolah Lansia Salimah (Salsa), senam di Cordova, periksa ke RSUD dr. Iskak, beliau selalu memakai sepeda pancal.
Ya Rabbi… kuat sekali beliau.
Tak terbayangkan bila beliau nggowes panas-panasan sambil menahan nyeri di dada. Tak ada yang menemani sepanjang jalan kecuali sepeda pancal tercinta. Beliau menuturkan, karena sakit inilah beliau senang mengikuti kegiatan-kegiatan Salimah seperti Salsa ini.
Sekarang, setelah saya ingat-ingat, Allah telah membuat kami berdua bertegur sapa dan beliau menceritakan sakitnya itu dua kali. Dulu, saat acara Salsa di Klinik Cordova pada awal-awal beliau bergabung di Salsa. Yang kedua adalah hari ini.
Saya hanya belum yakin dengan maksud Allah mempertemukan saya dengan beliau. Tidak mungkin kalau hanya diminta mendoakan beliau. Entahlah…
Kisah pertemuan kami pun akhirnya beliau akhiri dengan air mata yang sempat menetes di pipi. Saya tak sampai hati melihatnya. Saya juga tak berani bertanya-tanya lagi dan segera menyampaikan doa dalam salam.
Pada akhirnya, hanya doa yang saat ini bisa saya lantunkan. Semoga Allah merahmati beliau dengan kesehatan yang jauh lebih baik, serta Allah karuniakan kesabaran dan rizki yang banyak lagi berkah.
Ya Rabbi, inilah umatmu.
Betapa saya tak berkemampuan memberi sesuatu yang saya bisa. Bahkan tiga botol susu segar yang tadi saya beli dan ingin saya berikan ke beliau saja, sampai saya lupa memberikannya karena cepat-cepat kabur setelah tak sampai hati melihat air mata beliau.
(Dituturkan oleh Bunda Maria Ulfa, Panitia Salsa Salimah Kab. Tulungagung)