Terinspirasi dari sabda Rasulullah SAW mengenai : “Sebaik-baik perempuan di dunia ini ada empat, yaitu Asiyah isteri Fir’aun, Maryam putri Imran, Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Muhammad” (Dikeluarkan oleh Bukhori dan Tirmidzi). Keutamaan keempatnya berlaku juga di akhirat, seperti sabda Beliau SAW, “Sesungguhnya ia (Khadijah) adalah perempuan penghuni surgA yang paling utama bersama Fatimah binti Muhammad, Maryam putri Imran dan Asiyah isteri Fir’aun”
Keempat perempuan ini hidup tak semasa, kecuali Fatimah dan Ibundanya, Khadijah ra. Namun Allah SWT berkenan menyatukan keempatnya dalam bingkai kisah yang indah. Mereka adalah teladan bagi kaum muslimah dalam meniti kehidupan fana ini. Garis kehidupan, pengorbanan dan perjuangan yang mereka hadapi berbeda, unik, menarik dan sungguh memukau.
Khadijah termasuk yang paling beruntung dilihat dari sisi keberhasilannya membangun usaha, sehingga dikenal dengan kekayaan harta, namun tidak membuatnya buta. Dikenal sebagai Ath Thahirah, pribadi yang santun, lembut dan kasih sayang. Terlahir dari keluarga terhormat, tegas, cerdas, suka menolong dan dermawan. Kesyukuran, kesabaran dan kesuksesan dirinya layak menjadi pribadi yang patut dipersunting oleh pria terbaik di dunia dan akhirat, Muhammad SAW. Darinya Allah Ta’ala berkenan memberikan keturunan bagi Beliau. Cinta suaminya pun tak lekang oleh masa dan tak tertandingi oleh perempuan lain, sekaliber Aisyah Ra sekalipun. Sehingga acapkali mengundang kecemburuan para isteri Rasul SAW.
Fatimah, puteri yang terlahir dari rahimnya juga termasuk perempuan pilihan Allah SWT yang kelak akan menjadi pemuka bagi perempuan di surga-Nya. Namun garis kehidupan yang dilaluinya tidak sama. Kehidupan pernikahannya berjalan sebagai keluarga sederhana, namun hal ini ia lalui bersama suaminya, Ali RA dengan suka rela, sabar, santun, ikhlas dan taat dalam beribadah dan berbudi luhur. Bahkan cara bicara dan berjalannya paling mirip dengan ayahanda, Muhammad SAW.
Di sisi lain, Allah SWT berkenan memilih Asiyah, dengan mengisahkannya dalam Al Qur’an Surah Attahrim ayat 11. Ia mengabadikan nama isteri Fir’aun yang dikenal dengan kekejaman dan kebengisan disaat ia berkuasa di zaman Musa as. Namun dibalik kemegahan istana yang penuh gemerlap itulah, Allah Ta’ala titipkan salah satu hamba pilihan-Nya yang berhati mulia dan penyayang, berpikir cemerlang, pandai berdiplomasi, manis dalam tutur dan luhur dalam tindak-tanduk, berparas cantik, berprinsip teguh, berperilaku terpuji dan setia dengan perannya sebagai isteri dan ibu Negara. Kecantikan dan kebaikan hatinya yang membuat suaminya jatuh hati, meski tak ada keturunan yang lahir dari rahimnya. Kelihaian dalam bertutur kalimat dan kebaikannya membuat Fir’aun ingin membahagiakannya dan pasrah akan keputusannya untuk menjadikan bayi Musa sebagai anak asuhnya, meski semula ia tidak merestuinya (Al Qashash : 9). Dari tangan lembut Asiyah, Allah SWT berkenan membuktikan Iradat-Nya, membesarkan utusan pilihan, Musa ‘alaihissalam. Padahal masa kelahirannya tidak memungkinkan lahir seorang anak Adam laki-laki, kecuali akan mati di tangan algojo Fir’aun. Inilah salah satu bukti Kekuasaan Allah SWT, agar menjadi dalih datangnya Hidayah kepada Asiyah, sekaligus mukjizat atas terpilihnya Musa sebagai Rasul Allah di tengah kaumnya.
Di balik kebesaran Fir’aun dan pengakuannya sebagai tuhan di mata rakyatnya, Asiyah justru menyimpan benih keimanan dan kerinduan yang sangat mendalam akan makna keimanan yang bersumber dari Yang Maha Benar. Sontak ia nyatakan keimanan terhadap Allah SWT dan kerasulan Musa as, saat pertarungan pertama dimenangkan Musa atas ahli sihir terkemuka di negerinya. Kebesaran namanya yang masyhur, kekayaan Negara yang dimilikinya tidak membuatnya silau dan terperangkap. Ia tetap tegar dan teguh dengan pilihan hidupnya bahwa Allah Yang Maha Kuasa.
Profil perempuan pilihan keempat inipun unik, Maryam yang terlahir dari keluarga pilihan (Keluarga Imran) termasuk perempuan pilihan. Ia dikaruniai keturunan yang bernama Isa ‘alaihissalam, dengan cara yang tidak pada umumnya. Maha Benar Allah yang telah memberikan karunia dan keutamaan kepada hamba pilihan-Nya. Ia benar-benar mempersiapkan pemberian mukjizat dengan baik. Dengan menyiapkan keluarga Imran, menempatkan Maryam di bawah pengasuhan Zakaria as, sekaligus cara Allah Ta’ala menyiapkan keluarga ini dalam menerima mukjizat kelahiran Isa ‘alaihissalam dan menjadi bukti Kebenaran dan Kekuasaan-Nya.
Ibarat pepatah, “Buah jatuh dekat pohonnya”. Isa dipilih sebagai utusan Allah, terlahir dari Ibunda Maryam yang dikenal bersih, suci, taat dalam beribadah dan berakhlak mulia. Perempuan inipun terlahir dari keluarga Imran yang patut menjadi contoh bagi setiap keluarga. Kisah yang mengajarkan keluarga muslim tentang urgensi keimanan, kenikmatan hidup dalam beriman serta bersandar kepada Allah Ta’ala, bisa dibaca kembali dalam Qs.Ali Imran : 33-47 dan Qs. Maryam : 16-40.
Dibalik spesifikasi perjalanan hidup, pengorbanan, latar belakang, kondisi keluarga dan perihal kehidupan lainnya. Ujian hidup yang bertubi-tubi tidak membuat mereka menjadi pribadi yang lemah, namun terus belajar dan berlatih menjadi kuat dan memiliki daya tahan yang sangat kuat. Itulah pribadi muslimah yang perlu ditegakkan dalam setiap pribadi. Kesulitan tidak membuatnya lemah. Dengan bersandar kepada Yang Mahakuat, maka akan menjadi kuat.
Kesamaan dari keempatnya adalah pada keimanan sebagai sumber kebaikan dan keteguhannya dalam berprinsip dan berperilaku. Kebersihan hatinya, kecerdasan akalnya mampu menundukkan hawa nafsunya. Memiliki orientasi hidup yang jelas, visi dunia dan akhirat, kematangan dan kedewasaan membuat mereka tegar menghadapi berbagai ujian demi ujian untuk kehidupan akhirat yang abadi.
Dra, Hj. Siti Faizah
Ketua Umum PP Salimah