Kita coba yu melihat kaya-miskin dari sudut pandang pembagian rezeki oleh Allah, bagaimana keyakinan terhadap pemberian rezeki mampu mempengaruhi keimanan manusia.
Simak Al Qur’an Allah berfirman:
“Dan Allah melebihkan sebahagian kalian dari sebagian yang lain dalam hal rezeki” (An-Nahl: 71).
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat “. (Surat Asy-Syura:27)
Ayat di atas menggambarkan kelangkaan rezeki di dalam kehidupan dunia jika dibandingkan dengan limpahan rezeki-Nya di alam akherat. Allah maha mengetahui bahwa hamba-hamba-Nya tidak akan sanggup menerima rezeki kecuali dalam kadar tertentu. Jika diberi kelebihan niscaya mereka akan melampaui batas dan tidak bisa bersikap proposional. Karena manusia itu lemah, tidak mampu memikul rezeki kecuali dalam batas tertentu.
Jika Allah melapangkan rezeki hamba-hamba-Nya dan memberikan rezeki dengan kadar yang melebihi kadar kebutuhan, hal ini justru akan mendorong mereka melakukan perbuatan zalim dan melampaui batas, bermaksiat, mengingkari nikmat, takabur, dan mengingikan sesuatu yang tidak selayaknya mereka pinta seperti Qarun dan Fir aun.
Akan tetapi, Allah swt menurunkan rezeki kepada para hamba-Nya dengan kadar tertentu menurut kehendak dan sesuai dengan hikmah-Nya yang agung, Allah SWT memilihkan mereka sesuatu yang mengandung kebaikan bagi mereka, maka Dia menjadikan kaya dan miskin bagi orang- orang yang berhak atasnya.
Dia menetapkan rezeki hamba-hamba-Nya di bumi secara terbatas dalam ukuran tertentu , selaras dengan kadar kesanggupannya.
Takaran rezeki-Nya pas banget untuk kita. Tidak usah iri dengan rezeki orang lain yaa, masing-masing manusia takaran rezeki-Nya pasti berbeda-beda. Allah maha adil dan rezeki kita tak mungkin tertukar.
Allah SWT Maha Mengetahui keadaan mereka dan apa yang layak bagi mereka, apakah diperluas rezekinya atau dipersempit, sebagaimana hadits qudsi dari Anas r.a ,
“Sesungguhnya di antara hamba-hambaKu ada orang yang tidak baik baginya kecuali berada dalam kondisi kaya, dan seandainya Aku menjadikannya miskin, maka itu akan merusak agamanya. Dan sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku ada orang yang tidak baik baginya kecuali berada dalam kondisi miskin, dan seandainya Aku menjadikannya kaya, maka itu akan merusak agamanya”.
Qatadah berkata, Ada ungkapan bijak berbunyi, “Sebaik-baik kehidupan adalah yang tidak menjadikanmu lalai dan melampaui batas”.
Jika dirasa rezekimu berlebihan, bisa jadi itu ujian apakah kamu akan melampui batas. Jika dirasa rezeki kurang, bisa jadi itu ujian apakah kamu masih mampu untuk bersyukur. Jadi masihkah iri dengan rezeki orang lain ?
(Ummi Iin)