PROBLEMATIKA umat Islam yang begitu beragam. Tidak hanya mengacam muslimin sebagai individu, tapi juga lembaga keluarga. Dekadensi moral serta rusaknya tatanan dan norma sosial membuat keluarga diabaikan, padahal Islam menjunjung tinggi konsep keluarga.
Atas dasar ini, AILA (Aliansi Cinta Keluarga) dibentuk. Diambil dari kata bahasa Arab ‘ailah yang artinya keluarga besar, AILA memiliki visi untuk menjadi aliansi yang produktif dalam upaya pengokohan keluarga. “Terminologi usroh yang biasa kita dengar adalah kata yang artinya keluarga kecil, sementara ‘ailah adalah keluarga besar. Ini yang perlu kita kokohkan, karena lembaga terbaik dalam membangun peradaban adalah keluarga,” ujar Bachtiar Nasir, Lc selaku Ketua AILA dalam press conference di AQL Center, Tebet Jakarta (27/01/2014). Misi AILA antara lain adalah membangun jaringan dan kemitraan, membangun road map dalam upaya pengokohan keluarga, dan meningkatkan peran serta pengaruh aliansi ini ditengah masyarakat. Selain itu, AILA juga memiliki program perekrutan jaringan, training dan workshop, penerbitan bulletin dan buku keluarga, serta konseling.
Bersamaan dengan pembentukan AILA, diselenggarakan Acara training for trainers dengan tema “Feminisme dan Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam” .
Gencarnya propaganda feminisme dan kesetaraan gender di Indonesia meresahkan banyak pihak. Alasannya selain berpotensi merusak tatanan sistem sosial, terutama keluarga, ide-ide ini juga bertentangan dengan syariat Islam.
“Konsep serta ide feminisme ditawarkan secara provokatif dan manipulatif, sebagai ideologi yang secara bawaan membenci laki-laki, feminisme jika dibiarkan dapat menghancurkan institusi keluarga. Dan, karena feminisme menganggap agama sebagai sebuah bentuk diskriminasi, secara langsung feminisme adalah paham yang melawan agama,” papar Dr. Dinar Kania, peneliti INSISTS
Selain Dr. Dinar Kania Dewi, hadir pula Sekjen MIUMI, Bachtiar Nasir, Lc., Ketua PP Salimah, Nurul Hidayati, S.S.MBA., Sekjen AILA Rita Soebagio M.si serta Ayah Irwan dan Kak Bendri Jaisyurrahman, pendiri dari Sahabat Ayah. Acara yang dihadiri masyarakat dari berbagai profesi ini bertujuan untuk memberi informasi sekaligus kewaspadaan kepada umat atas bahaya arus pemkiran yang merusak umat, terutama dalam keluarga.
“Perubahan kondisi sosial kita begitu cepat, kini kita dapati banyak generasi yang hilang keadilan dan hilang adab. Acara ini digagas agar ada kerjasama antar keluarga muslim,” ungkap Bachtiar Nasir selaku Keynote Speakerdalam acara tersebut.
Sementara Rita Soebagio memaparkan data bahwa sekitar 500 orang remaja di kota kecil seperti Cirebon sudah mengadopsi gaya hidup homoseksual.
“Miris jika melihat data yang ada, jika di kota kecil semacam Cirebon sudah sebanyak itu, artinya mereka menyebar hampir di tiap-tiap sekolah di mana mungkin ada anak-anak kita di sana,” kata Rita.
sumber Islampos.com