Landasan Organisasi

by -311 Views

Siti Faizah (Ketum Salimah)

Tiga belas tahun Rasulullah SAW membangun fondasi dakwah di kota kelahirannya. Masa itu lebih lama dibandingkan saat masa pengembangan dan pengokohan selama sepuluh tahun di Madinah. Masa membangun fondasi lebih lama, dianggap paling penting dan sangat mendasar. Berharap buah amal dan dakwah itu kokoh, kuat dan tinggi menjulang. 

Keberlangsungan dakwah yang berkelanjutan merupakan masa depan dakwah tersebut. Yakni membangun dasar-dasar keimanan yang kuat, kokoh dan mengakar. Ibarat pepohonan, akar menghujam ke bawah lebih kuat daripada ranting dan dedaunan yang menjulang tinggi. Sebab kebanyakan ranting mudah patah dan tumbang diterpa angin. Daun yang semula menghijau kemudian menguning lantas berguguran, namun akar terus menunjang agar pohon tetap menjadi infus bagi kehidupan. 

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.” (Qs. Ibrahim:24-25)

Dasar keimanan sebagai fondasi yang kuat dan kokoh berupa kalimat thoyyibah, kalimat tauhid, dakwah Islam dan Al Qur’an sebagai sumber kebenaran. Pohon yang tertancap kokoh, mengakar kuat di bumi, cabangnya menjulang tinggi ke atas, menghasilkan buah yang bermanfaat laksana pohon kurma yang dideskripsikan dengan empat kriteria menurut Prof.Dr.Wahbah az Zuhaili. Pertama, pohon yang baik, bagus buahnya, pemandangan dan bentuknya, harum aromanya dan banyak manfaatnya. Kedua, pangkal batang tertanam kokoh dan mengakar kuat di dalam bumi, tidak bisa dicabut. Ketiga, cabang dan dahan menjulang tinggi ke atas jauh dari kotoran tanah. Buahnya baik dan bersih dari segala kotoran. Keempat, berbuah setiap waktu dan musimnya, tidak mudah busuk, sehingga bisa dinikmati hampir di berbagai negara.

Buah kurma dengan empat kriteria tersebut diserupakan dengan seorang mukmin, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA dari Rasulullah SAW, “Perumpamaan seorang mukmin adalah ibarat seperti pohon kurma, setiap bagian darinya bisa dimanfaatkan.” Begitu halnya dengan membangun jati diri sebagai muslim tidak cukup berbekal KTP, pengakuan semata, tanpa disertai bekal pengetahuan dan pemahaman dari Al Qur’an dan Hadits tentang Dzat Yang Maha Pencipta, mengenal Nabi dan Rasul-Nya, mengenal Malaikat, mengenal Kitab Suci, mengimani hari akhir yang tergabung dalam enam rukun Iman. 

Umat Muhammad SAW akan mudah rapuh ketika dalam dirinya tidak terbangun pengetahuan dan pemahaman mendasar yang bersumber dari rukun iman dan rukun islam. Fondasi yang terbangun pada setiap pribadi muslim akan menjadi penentu dalam produktivitas, dedikatif, keikhlasan, kepedulian, kejujuran, rendah hati dan lainnya. Sosok pribadi seperti Abu Bakar RA, Umar RA, Utsman RA berbasis kematangan iman, sehingga lahir pribadi yang berakhlak luhur dan berilmu, welas asih dan tanpa pamrih. 

Begitu halnya dalam berorganisasi, tidak akan mendapatkan SDM organisasi yang unggul, berdedikasi dan memiliki integritas, produktif tanpa pamer dan pamrih, jika tidak dibangun suatu kesadaran bahwa eksistensi organisasi, keberadaan dirinya dalam suatu kelompok, kepengurusan, program kerja, Garis Besar Haluan Organisasi, AD/ART, SOP dan aturan keorganisasian yang dibangun sesungguhnya berlandaskan kepada sumber kebenaran yang hakiki, Al Qur’an dan Hadits. Dengan tulisan pendek ini semoga bisa mencerahkan para aktifis organisasi dalam membangun produktifitas amal dengan landasan iman dan keikhlasan. Amin