Resepsi dulu atau Persepsi?
Penulis: Ummi Khairiah, M.Psi, Psikolog
Dept Pendidikan dan Pelatihan PW Salimah Sumut
Resepsi pernikahan yang impian sering menjadi pembahasan dikalangan anak muda yang sudah siap menikah. Bahkan ada yang sudah detail membayangkan bentuk resepsi pernikahannya. Mulai dari tanggal cantik, dresscode, menu makanan, tempat acara, tujuan honeymoon dan seterusnya.
Sebenarnya persiapan ini boleh saja dilakukan, selama keinginan dan kemampuan masih sejalan. Namun ada satu hal yang sering dilupakan bagi pasangan yang akan menikah, yaitu tentang persepsi pernikahan.
Impian romantisme biasanya menjadi dominasi dalam pernikahan. Hal ini terbentuk dari pergaulan dan informasi yang diserap. Beberapa impian tersebut sangat mirip dengan dunia dongeng yang dibaca melalui novel, drama tv, komik percintaan, kehidupan artis idola dan lain sebagainya. Akhirnya persepsi pernikahan yang terbentuk identik dengan pangeran berkuda, cinderella, romeo dan juliet, putri salju dan lain sebagainya. Apakah persepsi ini sesuai dengan kehidupan nyata pernikahan?
Kenyatannya kehidupan pernikahan tidak melulu tentang romantisme, bahkan semakin lama pernikahan tersebut, yang dituntut adalah komitmen dan tanggung jawab. Komitmen dan tanggung jawab ini akan muncul jika persepsi diawal pernikahan sudah real dengan kenyataan.
Pahamilah bahwa mempersiapkan “Persepsi pernikahan” sangat menjajikan KEBAHAGIAAN dibandingkan hanya mempersiapkan “Resepsi” pernikahan saja.